Rabu, 20 April 2011

Doa Untuk Sekerangjang Tempe

Di Karangayu, sebuah desa di Kendal, Jawa Tengah, hiduplah seorang ibu penjual tempe . Tak ada pekerjaan lain yang dapat dia lalukan sebagai penyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibirnya. Ia jalani hidup dengan riang. “Jika tempe ini yang nanti mengantarku ke surga, kenapa aku harus menyesalinya. ..” demikian dia selalu memaknai hidupnya.
Suatu pagi, setelah salat subuh, dia pun berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe , dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atas meja panjang. Tapi, deg! dadanya gemuruh. Tempe yang akan dia jual, ternyata belum jadi. Masih berupa kacang, sebagian berderai, belum disatukan ikatan- ikatan putih kapas dari peragian. Tempe itu masih harus menunggu satu hari lagi untuk jadi. Tubuhnya lemas. Dia bayangkan, hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan uang, untuk akan, dan modal membeli kacang, yang akan dia olah kembali menjadi tempe .
Di tengah putus asa, terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, di tengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa. “Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini. Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe . Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku…”
Dalam hati, dia yakin, Allah akan mengabulkan doanya. Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe . Dia rasakan hangat yang menjalari daun itu. Proses peragian memang masih berlangsung.
Dadanya gemuruh. Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe . Dan… dia kecewa. Tempe itu masih belum juga berubah. Kacangnya belum semua menyatu oleh kapas-kapas ragi putih. Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri. Dia yakin, Allah pasti sedang “memproses” doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi. Dia yakin, Allah tidak akan menyengsarakan hambanya yang setia beribadah seperti dia. Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang, dia berdoa lagi. “Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu. Engkau maha tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe . Karena itu ya Allah, jadikanlah. Bantulah aku, kabulkan doaku…”
Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe . Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia intip dari daun itu, dan… belum jadi. Kacang itu belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang tersebut. “Keajaiban Tuhan akan datang… pasti,” yakinnya. Dia pun berjalan ke pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin, “tangan” Tuhan tengah bekerja untuk mematangkan proses peragian atas tempe-tempenya. Berkali-kali dia dia memanjatkan doa… berkali-kali dia yakinkan diri, Allah pasti mengabulkan doanya. Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjang itu. “Pasti sekarang telah jadi tempe !” batinnya.
Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan… dia terlonjak. Tempe itu masih tak ada perubahan. Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi. Kecewa, aitmata menitiki keriput pipinya. Kenapa doaku tidak dikabulkan? Kenapa tempe ini tidak jadi? Kenapa Tuhan begitu tidak adil? Apakah Dia ingin aku menderita? Apa salahku? Demikian batinnya berkecamuk.
Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yang telah dia sediakan. Tangannya lemas, tak ada keyakinan akan ada yang mau membeli tempenya itu. Dan dia tiba-tiba merasa lapar…merasa sendirian. Tuhan telah meninggalkan aku, batinnya. Airmatanya kian menitik. Terbayang esok dia tak dapat berjualan… esok dia pun tak akan dapat makan. Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang lalu lalang, dan “teman-temannya” sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yang mulai berkemas. Dianggukinya mereka yang pamit, karena tempenya telah laku. Kesedihannya mulai memuncak. Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat…
Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia memalingkan wajah, seorang perempuan cantik, paro baya, tengah tersenyum, memandangnya. “Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yang setengah jadi? Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya. Ibu punya??” Penjual tempe itu bengong. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan tangan. “Ya Allah, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau kabulkan doaku yang tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe …”
Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi. “jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe …” “Bagaimana Bu? Apa ibu menjual tempe setengah jadi?” tanya perempuan itu lagi. Kepanikan melandanya lagi. “Duh Gusti… bagaimana ini? Tolonglah ya Allah, jangan jadikan tempe ya?” ucapnya berkali-kali. Dan dengan gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yang dia lihat, pembaca?? Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe yang masih sama. Belum jadi! “Alhamdulillah! ” pekiknya, tanpa sadar. Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli. Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu cantik itu. “Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yang belum jadi?” “Oohh, bukan begitu, Bu. Anak saya, si Sulhanuddin, yang kuliah S2 di Australia ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yang belum jadi. Jadi,saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Ohh ya, jadi semuanya berapa, Bu?”
Pembaca, ini kisah yang biasa bukan? Dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdoa, dan “memaksakan” Allah memberikan apa yang menurut kita paling cocok untuk kita. Dan jika doa kita tidak dikabulkan, kita merasa diabaikan, merasa kecewa. padahal, Allah paling tahu apa yang paling cocok untuk kita. Bahwa semua rencananya adalah sangat sempurna. Kisah sederhana yang menarik, karena seringkali kita pun mengalami hal yg serupa.
Di saat kita tidak memahami ada hikmah di balik semua skenario yg Allah SWT takdirkan.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”(QS. Al Baqarah 216)

Kisah Cangkir yang Cantik

Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko souvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya. “Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si kakek.
Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara “Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.
Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata “belum !” lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum !”
Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak.
Wanita itu berkata “belum !” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku.Ia terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.
Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.
Sahabat HidupBerkah, untuk meraih kebahagiaan hidup dunia akhirat, tak ada yang gratis. Semuanya diawali dengan proses yang penuh dengan tantangan, hambatan, dan kendala. Mulai dari toxic word yang bisa mejatuhkan mental kita, hingga keterbatasan sarana maupun materi yang seolah memasung kaki kita untuk melangkah meraih bahagia. Tanpa disadari, terkadang kita berburuk sangka kepada ALLAAH swt. Sesulit inikah untuk meraih hidup berkah?

Be 100%

Be 100%Kunci Sukses Meraih Apapun yang Anda Inginkan
kunci sukses hidup berkah
Anda tahu pesawat terbang kan? Pesawat terbang komersial yang paling banyak digunakan untuk penerbangan jarak menengah saat ini adalah pesawat Boeing 737 seri 800. Bobot maksimal pesawat ini 79 ton pada saat berisi muatan penuh. Agar bisa tinggal landas, terbang tinggi, pesawat ini memerlukan panjang landasan minimal 2200 meter, sejak start dari titik 0 meter
hingga titik (meter) ke 1500 harus sudah mencapai kecepatan 160 knot atau 296 km/jam. Apa yang terjadi, jika pada titik 1500 meter, kecepatannya hanya 294 km/jam? Tidak bisa tinggal landas kan? Bahkan kemungkinan pesawatnya akan "bablas" melewati landasan. Bisa terjadi kecelakaan.

Ketika kecepatannya tidak mencapai level 100% (296 km/jam), maka hasil yang dicapai 0%, pesawat tidak bisa tinggal landas atau bahkan terjadi kecelakaan.
Hampir semua orang bisa mengendari sepeda motor. Saat ini, motor sudah dilengkapi dengan electric starter untuk menyalakannya. Sehingga cukup dengan pencet tombol start, motor langsung menyala.
Pada suatu pagi, Anda bermaksud menyalakan motor Anda menggunakan electric starter. Ternyata setelah berkali-kali Anda pencet electric starter, motor itu tidak menyala. Lalu, sudah tentu Anda berfikir untuk menyalakannya menggunakan kick starter, menggunakan engkol yang diinjak oleh kaki Anda.
Apa yang akan terjadi ketika Anda menginjak kick starter hanya dengan energi 70%? Tidak menyala kan? Injakan Anda tidak cukup kuat untuk menghentak menyalakan motor Anda! Ketika energi Anda tidak 100%, hasilnya 0%, motor Anda tidak akan menyala.
Suatu ketika ada seseorang yang sakit. Oleh dokter ia didiagnosis terserang bakteri. Untuk menyembuhkannya digunakan anti biotik dengan dosis 10 mg/kg berat badan, diminum 3x sehari selama 7 hari.
Apa yang akan terjadi ketika dosis obat yang diberikan hanya 9,8 mg/kg? Atau hanya diminum 2x sehari? Atau hanya diminum 6 hari? Penyakitnya tidak akan sembuh, bahkan menjadi resisten. Penyakit tetap bersarang dan perlu penanganan serius untuk menyembuhkannya. Ketika dosis obat yang Anda makan tidak 100%, hasilnya 0%!  Anda tidak akan sembuh dari penyakit Anda.
Contoh lain, Anda baru saja memasang Air Conditioner (AC), penyejuk ruangan. Untuk menyalakan pertama kali, setiap 1 pk AC, diperlukan energi listrik minmal 700 watt. Ternyata di rumah Anda hanya tersedia watt stand by sebesar 697 watt. Apakah AC tersbut bisa menyala? Tentu tidak, karena watt yang tersedia tidak mencukupi 100% yaitu sebesar 700 watt. Ketika tidak 100% hasilnya 0%, AC tidak menyala walaupun hanya kurang 3 watt.
Masih ingat ketika Anda puasa Romadlon beberapa hari yang lalu? Puasa Romadlon dimulai sejak Shubuh hingga waktu Maghrib. Satu hari penuh, rata-rata lama waktunya 800 menit. Apa jadinya jika Anda mengurangi waktu puasa Anda, kendati hanya 5 detik? Anda tetap makan dan minum, kendati baru 5 detik setelah Adzan Shubuh atau 5 detik menjelang Adzan Magrib. Tentu membatalkan puasa Anda kan? Itu artinya, ketika Anda tidak 100%, hasilnya 0%!
Pertanyaan saya kepada Anda BO readers, apakah Anda telah 100% memberikan perhatian penuh kepada bisnis Anda? Apakah Anda telah 100%  mencurahkan energi Anda untuk mengembangkan usaha Anda? Karir Anda? Ketika tidak 100% bisa jadi hasilnya 0%!
Pertanyaan yang sama, apakah Anda telah 100% memberikan perhatian pada kehidupan rumah tangga Anda? Telah 100% mendidik anak-anak Anda? Jika tidak 100% jangan berharap Anda bisa meraih keinginan Anda 100%.
ALLAAH SWT berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu semuanya kedalam Islam secara kaffah (menyeluruh, totalitas, 100%) dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya dia itu musuh yang nyata bagimu."(Qs. al-Baqarah 2:208) 
Ketika Anda tidak KAAFFAH (100%), maka jangan berharap Anda bisa mendapatkan 100% apa-apa yang Anda inginkan. Orang-orang yang tidak 100%, sebenarnya ia tidak serius, tidak bersungguh-sungguh mengupayakan terwujudnya impian-impiannya. Ia hanya hidup dalam angan-angan mengikuti nafsu syetan.
Agar impian-impian Anda menjadi kenyataan, kehidupan Anda menjadi lebih baik pada masa yang akan datang, berikut beberapa hal yang penting untuk terus Anda pertahankan pada level 100%, yaitu:

#1 Be 100% Responsible
Bahwa penting bagi Anda untuk bertanggung jawab terhadap nasib Anda. Bertanggung jawab terhadap masa depan Anda sendiri. Andalah yang menentukan nasib Anda sendiri.
ALLAAH SWT berfirman:
“Sesungguhnya ALLAAH SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga ia sendiri mengubah apa-apa yang ada pada dirinya” (Q.S ar-Ra’d: 11)
Orang sukses sangat meyakini bahwa dialah yang menentukan seperti apa masa depannya. Sedangkan orang gagal meyakini bahwa dia dikendalikan oleh nasib, nasib yang menimpa dirinya.

#2 Be 100% Clear
Orang Sukses 100% menentukan dengan jelas apa-apa yang ia hendak diraih. Mengetahui dengan pasti keinginan-keinginannya. Sedangkan orang gagal ia tidak tahu apa sebenarya yang ia mau dalam hidup ini.
Bayangkan, suatu hari Anda keluar dari kantor, Anda menyetop taxi. Apa yang akan terjadi ketika Anda ditanya tujuan Anda oleh sopir taxi, Anda menjawab tidak tahu? Tentu Anda tidak akan pergi kemana-mana.
Atau, suatu ketika Anda datang ke ticket counter di bandara, membawa uang Rp 10.000.000,- bermaksud membeli tiket. Apakah Anda akan mendapatkan tiket, ketika petugas bertanya Anda hendak kemana dan kapan waktunya, tapi Anda menjawab tidak tahu? Tentu Anda akan pulang dengan tangan kosong, tanpa berhasil membawa tiket.
Perjelas tujuan Anda, tujuan hidup Anda, tujuan bisnis Anda! Insya ALLAAH Anda akan meraihnya.

#3 Be 100% Commitment
Orang sukses adalah orang yang berkomitmen untuk meraih impian-impiannya. Sedangkan orang gagal hanyalah orang yang ingin atau memilih untuk meraih mimpi-mimpinya.
Orang gagal hanya memiliki keinginan, dia tidak melakukan apa-apa untuk meraih mimpi-mimpinya. Orang gagal juga hanya memilih-milih pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya. Ia akan melakukan sesuatu yang menurutnya mudah, gampang dan  instant.
Sedangkan orang sukses, ia SIAP melakukan apapun, kapanpun dan dimanapun serta berapapun besarnya untuk meraih impian-impiannya. Ia menghilangkan kata-kata yang dimiliki oleh orang-orang gagal yaitu kata “tapi”, “jika” dan “alasan”.  Jika ia mengatakan ingin sukses, perbuatannya menunjukkan bahwa ia orang sukses.
ALLAAH SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. (Q.S. as-Shaf: 2-3)
Sahabat Hidup Berkah, jika Anda ingin sukses, tunjukkan bahwa Anda ingin sukses dengan tindakan-tindakan Anda. Satukan perkataan Anda dengan perbuatan Anda. Itulah orang-orang yang berkomitmen. Hanya orang yang melakukan apa yang ia katakan yang akan meraih mimpi-mimpinya.

#4 Be 100% Focus
Mengapa orang tidak meraih apa yang ia inginkan? Salah satu penyebabnya adalah karena ia tidak fokus untuk mengusahakannya. Sinar matahari adalah energi yang luar biasa besar, kendati demikian, ia tidak mampu membakar selembar pun daun kering. Ia baru bisa membakar daun kering ketika difokuskan pada satu titik di permukaan daun kering itu.
Begitu juga dengan Anda, energy yang Anda miliki tidak akan mampu mengubah masa depan Anda jika Anda tidak fokus mengusahakannya.

#5 Be 100% Believe to Acheive
Orang sukses sangat meyakini bahwa ia bisa meraih keberhasilan. Sedangkan orang gagal tidak yakin bahwa dirinya bisa berhasil. Orang sukses menjadikan kegagalannya sebagai pelajaran untuk memperbaiki dirinya, sedangkan orang gagal menjadikan kegagalan sebagai pembenaran atas kemalasannya.
Orang sukses menjadikan keberhasilan diri dan orang lain sebagai pertanda bahaw jika orang lain bisa, ia juga pasti bisa. Sedangkan orang gagal menjadikan keberhasilan orang lain sebagai pembenaran bahwa nasib baik sedang menghampiri orang itu.
Orang sukses selalui optimis dan berbaik sangka (huznuddzon) kepada Allaah SWT.  Ia percaya kepada firman ALLAAH dalam hadits qudsi: "Aku tergantung pada prasangka hambaku " (Niat-sugesti ) terhadap diriku dan Aku selalu bersamanya apabila ia selalu mengingatku".  Ia optimis bahwa ALLAAH selalu bersamanya untuk meraih mimpi-mimpinya.